ASPEK OPERASIONAL KAPAL DALAM MENUNJANG INDUSTRI MARITIM DI WILAYAH KEPULAUAN

ASPEK OPERASIONAL KAPAL DALAM MENUNJANG INDUSTRI MARITIM DI WILAYAH KEPULAUAN

Oleh:
Dr. Ir. Wolter R Hetharia, M.App.Sc
Dekan Fakultas Teknik Universitas Pattimura Ambon

1. Prolog
Bahwa wilayah perairan dunia menempati sekitar 72 % dari permukaan bumi dimana 95 % komoditi perdagangan dunia diangkut melalui jalur ini. Wilayah perairan menyimpan beragam SDA untuk kepentingan umat manusia. Selain itu, unsur keamanan, aktifitas industri maritim dan sektor lainnya memerlukan sapras untuk menunjang berbagai kegiatan. Operasional kapal serta unsur teknis pendukung berkontribusi terhadap industri maritim. Indonesia dengan status archipelago state yang terbesar di dunia serta luas perairan 67% memiliki berbagai SDA laut untuk dieksploitasi bagi pembangunan bangsa. Transportasi dan aktifitas industri maritim adalah merupakan masalah nasional yang belum terselaikan secara tuntas. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan kebijakan nasional yaitu Program Tol Laut dan Poros Maritim Dunia yang memberikan dampak positif terhadap kemajuan bidang ekonomi di berbagai kawasan Indonesia. Letak geografis pada silang benua (Asia-Australia) dan silang samudera (Pasifik-Hindia) serta batas territory lautan dengan berbagai negara tetangga menempatkan posisi Indonesia yang sangat strategis sekaligus rawan. Berbagai kegiatan industri maritim dan kasus illegal di laut memaksa berbagai pihak terkait untuk mengamankan wilayah perairan Indonesia.

2. Industri Maritim
Industri maritim merupakan suatu kegiatan industri berskala besar dengan berbagai aspek terkait yang mencakup kategori desain, jasa/servis, operasional kapal, manufaktur serta komponen lainnya. Colton (2003) membagikan struktur industri maritim atas 5 kategori, yang mencakup: Desain kapal, konstruksi kapal, manufaktur bidang kelautan, operasional kapal dan reparasi kapal. Selain itu terdapat berbagai sub-bagian industri kecil penunjang yang berkontribusi dalam pengembangan bidang maritime. Secara umum tercatat 6000 perusahaan/stakeholder dalam industry maritime yang menyerap lebih dari 6.400.000 tenaga kerja serta institusi pendidikan tinggi sebanyak lebih dari 65 unit. Sektor operasional kapal melibatkan berbagai jenis kapal yang secara umum mencakup 5 kategori yaitu: kapal barang (cargo ships), kapal penumpang (passenger vessels), kapal perang (war ships), kapal industry (industrial vessels: perikanan, lepas pantai, servis, dll) dan kapal-kapal pendukung (support vessels). Sektor transportasi, perikanan, enersi dan pariwisata perlu dikaji lebih mendalam dan efisien untuk peningkatan devisa negara.

3. Revolusi Industri 4.0 Bidang Maritim
Bahwa pengembangan industri maritim di Indonesia perlu ditindaklanjuti dalam memasuki era Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 memiliki berbagai perubahan perkembangan baru di masa depan dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru di berbagai sektor yang digerakan oleh proses otomasisasi dan komputerisasi yang ditopang dan difasilitasi oleh teknologi informasi (Plinta, 2016). Kesiapan SDM dan Sapras teknologi maritim perlu ditata secara baik dalam memasuki persaingan di era global. Dengan dideklarasinya poros maritim dunia dan tol laut nasional memberikan peluang dalam pengembangan industri maritim. Langkah strategis untuk penguatan bidang maritim mencakup: penguatan SDM, kerjasama sektoral nasional/internasional, jejaring maritime dunia, tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan kecepatan kerja yang sistematis.

4. Kontribusi dan Pengembangan Sapras Bidang Maritim
Program Tol Laut dan Poros Maritim Dunia yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia perlu dimplementasi lanjut dengan jaringan transportasi laut local. Dalam hal ini operasional kapal-kapal feeder dengan jumlah, dimensi, konfigurasi, payload dan load factor yang tepat dapat memberikan kontribusi yang baik. Kontribusi kapal-kapal rakyat perlu dikembangkan mengingat armada ini telah beroperasi sejak zaman dahulu. Perlu adanya sentuhan iptek bagi armada kapal ini untuk meningkatkan performance yang lebih baik. Hasil produksi perikanan Indonesia digerogoti oleh nelayan perikanan yang berskala besar dengan teknologi tinggi. Pengembangan armada perikana rakyat perlu ditindak lanjuti dengan sentuhan aplikasi teknologi. Prinsip armada semut terus dikembangkan dengan memperhatikan aspek Pasar dan harga yang merupakan masalah bagi nelayan lokal seama ini. Pengembangan armada kapal industry sejalan dengan exploitasi SDA laut perairan Indonesia. Industry galangan kapal Indonesia mengambil keuntungan dari sektor ini serta diback-up dengan adanya regulasi tentang pengurangan kapal asing yang bekerja pada sector industry maritime. Berbagai inovasi terkait mission requirements kapal yang beroperasi di masa depan perlu mendapat sorotan khusus tentang inovasi kapal-kapal multi-hull (trimaran, catamaran), material, komunikasi, enersi, dll.

  Sejalan dengan pengembangan armada maka aspek keselamatan merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian khusus. Markle (2003) menyimpulkan faktor penyebab kecelakaan kapal yang terdiri dari kondisi laut, human error, konstruksi keselamatan kebakaran, sistim pemadam kebakaran dan sub-sistim pendukungnya. Berbagai kasus kecelakaan kapal di laut berlalu tanpa penyelidikan khusus. Dalam hal ini pihak otoritas perlu mengambil tindakan khusus tentang aspek keselamatan kapal di laut dengan adanya regulasi yang mengikat. Human error masih berpengaruh besar terhadap kecelakaan kapal dan hal ini perlu disikapi dengan baik oleh pihak otoritas di masa depan. Prosedur standart desain kapal dimana semua parameter desain dievaluasi secara cermat sebelum diputuskan sebagai suatu produk akhir desain untuk dibangun dan dioperasikan (Gale 2003, Watson 1998, Parsons 2003). Juga human factor dalam desain dan operasional kapal (Calhoun 2003) perlu dikaji secara seksama termasuk regulasi IMO, SOLAS untuk menghindari adanya kecelakan kapal. Sistim penggerak, perlengkapan dan penyelamat kapal harus ditetapkan mengikuti peraturan standart untuk menjamin operasional kapal dengan baik (Molland, 2008).

5. Kontribusi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan bagian dari industri maritim perlu memainkan peranan penting sesuai bidang ilmunya. Kontribusi yang perlu disikapi oleh perguruan tinggi mencakup: output yang berkualitas, siap kerja, mampu bersaing, jejaring kerjasama, kontribusi riset serta inovasi dengan nilai jual yang mampu bersaing di era Revolusi Industri 4.0. Berbagai riset telah dihasilkan oleh penulis dan tim tentang keselamatan kapal ikan (Hetharia, et.al 2017), kapal penumpang kecil (Hetharia, 2019) serta aspek optimasi dan keselamatan kapal penumpang medium-speed (Hetharia, 2015) yang berkontribusi secara nasional dan global.

6. Penutup
Bahwa aspek operasional kapal sangat berkontribusi dalam menunjang industri maritim di Indonesia dan global. Pengembangan industri maritim di era Revolusi Industri 4.0 menyadarkan kita semua untuk berkompetensi dan berperan aktif dalam menunjang sektor kelautan untuk pembanginan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek keselamatan dan operasional kapal serta aspek teknis lainnya adalah merupakan issue yang mutlak ditidaklanjuti dalam menunjang bidang industri maritim.